Senin, 29 Juli 2013

Ormas dan Anggota DPRD DKI Jakarta Luncurkan 5 Serangan kepada Ahok

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di pinggir jalan area pasar tanah abang Jakarta Pusat yang menyebabkan kemacetan lalu lintas ditertibkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Oleh karenanya, PKL tersebut akan direlokasi di Blok G pasar Tanah Abang yang memang semula merupakan tempat untuk berjualan mereka.


Namun, PKL yang berjumlah tidak sedikit tersebut menolak untuk direlokasi dengan alasan omset penjualan akan menurun. Sebab, Blok G sebagai tempat relokasi dalam kondisi tidak layak untuk dijadikan kios jualan.

Tidak patah arang, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta PD Pasar Jaya selaku pengelola untuk memperbaiki bangunan Blok G sehingga layak untuk digunakan tempat jualan. Bahkan, mantan Bupati Belitung Timur ini memberikan kesempatan bagi PKL untuk menggunakan trotoar sebagai tempat berjualan selama bulan Ramadan.

Kelonggaran yang diberikan oleh Ahok kepada PKL tersebut atas dasar kebutuhan lebaran meningkat sehingga PKL ingin mendapatkan keuntungan yang besar. Tetapi, PKL malah mengingkari dan menggunakan bibir jalan untuk berjualan yang akhirnya menyebabkan kemacetan.

Politisi Gerindra ini pun geram dengan melontarkan pernyataan yang mengecam PKL untuk dipenjarakan bila tidak mau direlokasi. Ia mengaku sudah mengantongi oknum yang menyewakan lapak di luar area pasar kepada PKL selama ini.

Menurutnya, jika para PKL tersebut masih tetap ngeyel berjualan di pinggir jalan maka akan dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Sebab, berjualan di jalan melanggar UU dan Perda.

"Kalau enggak bisa juga kita bisa laporkan polisi lho. Sekarang kita kan persuasif, sudah sosialisasi terus. Kalau ngeyel ya kita penjarakan," ancam Ahok beberapa waktu lalu di Balaikota Jakarta.

Ternyata kecaman tersebut, malah membuat Ahok diserang beberapa ormas dan anggota DPRD DKI Jakarta. Berikut lima serangan ke Ahok setelah memberikan pernyataan keras kepada PKL Tanah Abang.

1. Ahok harus minta maaf ke PKL Tanah Abang melalui media massa


Pendemo yang tergabung dalam aksi Rakyat Jakarta Jahit Mulut (Rajjam) Ahok meminta Ahok mohon maafsecara terbukadi media massa atas pernyataan-pernyataan keras yang dilontarkannya. Sebab, pernyataan lisan kepada PKL Tanah Abang yang belum cukup santun sebagai pejabat publik.

"Selaku pejabat publik, harus berbicara secara santun. Jangan sampai membuat perasaan warga Jakarta jadi tersinggung," ujar Ketua Forum Pemuda Betawi Rachmat AS di Ruang Crisis Center Balai Kota saat ditemui Kepala Satpol PP Kukuh Hadi Santoso, Jakarta, Senin (29/7).

Ia menilai Ahok sebagai pejabat publik tidak pantas melontarkan pernyataan keras hingga melukai perasaan warga Jakarta. Seperti, perkataan Ahok yang menuding warga menduduki pemukiman Waduk Pluit sebagai komunis. Selanjutnya warga Fatmawati Jakarta Selatan yang menolak MRT sebagai pemberontak.

Pernyataan Ahok dengan akan memenjarakan PKL Tanah Abang yang tidak bersedia direlokasi dinilai terlalu keras. Bahkan, Ahok tidak segan-segan menghina tokoh Betawi Tanah Abang H Lulung yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Bamus Betawi, Wakil Ketua DPRD dan Ketua DPW PPP.

"Pernyataan dan cara Ahok memimpin Jakarta hampir sama seperti pedagang Glodok yang sedang memarahi karyawannya. Kita masih ingat bagaimana Ahok memaki-maki karyawan Pemda DKI ketika rapat dan di liput media dengan bahasa kasar dan emosi," tandasnya.


2. Ahok harus mundur dari Wagub DKI Jakarta



Ratusan orang yang berasal dari sejumlah ormas Betawi seperti FBR, Forkabi, dan Laskar Merah Putih menggelar demonstrasi di depan Balai Kota, Jakarta. Mereka meminta Wakil Gubernur DKI Jakarta (Ahok) mundur dari jabatannya karena beberapa pernyataan mantan Bupati Belitung Timur yang asal ceplos.

"Ahok, ente harus mundur," ucap salah satu orator dari mobil aksi di depan Balai Kota Jakarta, Senin (29/7).

Mereka kesal dengan ucapan-ucapan Ahok yang kerap asal bicara. "H Lulung dikatain tidak tahu Perda. Ini arogan," teriak salah satu orator dari mobil aksi, Senin (29/7).

Selain membawa bendera masing-masing ormas, massa juga membentangkan spanduk di pagar Balai Kota. Mereka meminta diizinkan masuk ke dalam untuk bertemu Ahok.

Massa juga menggoyang-goyang pagar Balai Kota agar diizinkan masuk ke dalam. Ratusan polisi yang berjaga tampak berhadapan dengan pendemo dari balik pagar.






 3. Ahok arogan dan provokator
 

Massa dari sejumlah ormas Betawi seperti FBR, Forkabi, dan Laskar Merah Putih ngluruk ke Balai Kota, Senin (29/7). Mereka menuntut agar Ahok mundur dari jabatannya.

Mereka mengaku tidak suka dengan gaya kepemimpinan Ahok. Mereka kesal dengan ucapan-ucapan Ahok yang kerap asal bicara.

Selain berorasi, demonstran di Balai Kota juga membawa beragam spanduk. Tulisannya macam-macam. Pada intinya mengecam kepemimpinan Ahok yang gampang mengumbar pernyataan.

Di antara spanduk yang dibawa bertuliskan "Ahok Propokator dan Meresahkan Warga". Spanduk ini atas nama GOIB (Gabungan Ormas Islam Bersatu). Spanduk lain berbunyi "Jokowi Blusukan Yes!!!! Ahok Arogan dan Provokator No!!!!". Spanduk ini atas nama Pemuda Panca Marga Provinsi DKI Jakarta.

Lain lagi spanduk dari Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi). Tulisan di spanduk itu, "Ahok Neolib, Tidak Pro Pedagang Kecil."


4. Ormas Betawi ingatkan Ahok tak kasar ke PKL



Ahok menerima beberapa ormas yang menggeruduk kantornya. Dalam pertemuan itu, Ketua Forum Pemuda Betawi, Rachmat, meminta Basuki tak berlaku kasar pada pedagang kaki lima (PKL).

"Kita datang ke sini karena keberatan dengan istilah dan pernyataan bapak yang kasar," kata Rachmat di hadapan Ahok dalam pertemuan yang digelar di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (29/7).

Mendengar kritikan Rachmat, pria yang akrab disapa Ahok itu langsung membela diri. Dia berkilah tak pernah menyebut pedagang yang membandel ditertibkan sebagai PKI.

"Saya bilang komunis, bukan PKI. Kalau saya bilang PKI, pemahaman yang namanya komunis itu lebih menyakitkan," kilah Ahok.

Dalam kesempatan yang sama, Ahok berharap para tokoh Betawi yang hadir menjembatani masalah PKL yang membandel. Dia mendukung jika pedagang asli Betawi menguasai Blok G, Pasar Tanah Abang. Sebab saat ini, banyak orang asli Tanah Abang dan Jakarta yang terpinggirkan hingga berjualan di badan jalan, sedangkan blok yang ada diisi pengusaha luar Jakarta.

Setelah pertemuan selesai, Ahok dan perwakilan pendemo saling bersalaman. Seperti biasanya, Ahok tak lupa menyelipkan kartu nama yang dia miliki.


5. Ahok jangan 'slengean'


Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Lulung Abraham Lunggana geram dengan Ahok yang mengatakan ada oknum DPRD DKI membekingi PKL di Tanah Abang. Pria yang juga tokoh Tanah Abang ini merasa tersinggung dengan ucapan Ahok.

"Kalau ada oknum DPRD DKI main di Tanah Abang, jelasin siapa? Wagub jangan selengean (sembarangan), dia lambang negara, pejabat, saya sudah bilang ke Pak Jokowi tolong wagub ditegur," kata pria yang akrab disapa Haji Lulung ini usai menghadiri Rapat Paripurna DPRD DKI, Jakarta, Kamis (25/7).

Lulung mengatakan, saat reses DPRD, ia turun langsung ke Tanah Abang dan bertemu PKL. Menurutnya, saat bertemu dengan warga dan PKL, para pedagang mengakui melanggar Perda.

Lulung mengakui, memang banyak orang yang menilai dirinya sebagai preman Tanah Abang. Ia pun meminta Pemprov DKI duduk bersama dewan dan membahas masalah Tanah Abang ini.

"Saya ini orang lama di Tanah Abang, tapi coba tanya, siapa pun yang di sana, apa pernah Haji Lulung memeras, apa pernah Haji Lulung masuk penjara? Kalau mau disebut preman ya enggak apa-apa," papar Lulung.

Sumber: http://www.merdeka.com/jakarta/5-serangan-ke-ahok-setelah-galak-terhadap-pkl-tanah-abang.html
Powered by Blogger