Minggu, 28 Juli 2013

Australia adalah Otak dibalik Penyadapan SBY di Inggris

 Media: Australia Ambil Keuntungan dari Penyadapan SBY di Inggris

Informasi terbaru dilaporkan media Australia terkait penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menghadiri KTT G20 di London, Inggris, April 2009 lalu. Fairfax Media yang membawahi The Age dan The Sydney Morning Herald melaporkan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd mengambil keuntungan dari penyadapan yang dilakukan agen intelijen Inggris.

"PM Kevin Rudd mendapat keuntungan dari kegiatan mata-mata Inggris terhadap Presiden SBY saat KTT G20 tahun 2009 di London," demikian kata sumber anonim dari intelijen Australia, seperti dimuat Sydney Morning Herald, 26 Juli 2013.

Dalam laporan disebutkan, pejabat Australia yang hadir dalam pertemuan kepala negara itu mengungkap, delegasi Australia memperoleh 'dukungan intelijen yang sangat baik', termasuk informasi yang dibagikan oleh Inggris dan AS.

"PM Rudd memiliki keinginan yang besar akan informasi intelijen, terutama terkait pemimpin Asia Pasifik, Yudhoyono, Manmohan Singh (PM India) dan Hu Jintao (mantan Presiden China)," sebut laporan itu.

Masih dalam laporan intelijen tersebut, hasil penyadapan itu digunakan untuk mendukung tujuan diplomatik Australia, termasuk pula dukungan untuk memenangkan kursi jabatan di Dewan Keamanan PBB.

"Tanpa dukungan intelijen (hasil sadapan) Amerika Serikat, kami tak akan bisa memenangkan kursi itu," ungkap pejabat di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan itu.

Lebih lanjut, dokumen yang dikeluarkan Fairfax Media ini menuliskan, mantan PM Australia Julia Gillard, sebelumnya telah mendapat informasi dari Kepala Divisi Intelijen Bagian Informasi Richard Sadleir, pada pada 17 Juni 2013, bahwa ada kebocoran dokumen intelijen yang dilakukan oleh Edward Snowden.

Hal ini terungkap setelah media Inggris The Guardian melaporkan Snowden membocorkan dokumen intelijen AS dan Inggris, bahwa keduanya menargetkan penyadapan kepada para pemimpin dunia saat menghadiri KTT G20 di London.

Dokumen yang dibocorkan Snowden tersebut mengungkap informasi intelijen Inggris bahwa 'Kantor Pusat Komunikasi Pemerintah' (Government Communication Headquarters/GCHQ) telah mempekerjakan intelijen yang mampu menerobos dan menyadap komunikasi, termasuk menyusup ke jaringan keamanan Blackberry atau ponsel pintar untuk memantau e-mail dan panggilan masuk para delegasi.

GCHQ dilaporkan juga menyadap jaringan di kafe internet dengan program penyadapan email dan perangkat lunak mata-mata untuk password email yang digunakan para delegasi.

Masih dalam dokumen yang diungkap Snowden, disebutkan analis GCHQ bisa menghadirkan 'gambar secara langsung siapa berbicara dengan siapa yang akan diperbarui secara konstan dan otomatis'. Hasilnya kemudian diberikan kepada pejabat Inggris untuk mempengaruhi peristiwa yang akan berlangsung beberapa menit atau beberapa jam ke depan.

Disebutkan pula, fokus penyadapan itu adalah Turki dan Afrika Selatan, bukan Indonesia. Tetapi sumber anonim mengatakan tidak menutup kemungkinan Indonesia bisa menjadi target penyadapan selanjutnya. "Tetangga, selalu ada prioritas bagi kita," beber sumber tersebut.

Guardian melaporkan bahwa pengarahan yang diberikan kepada PM Julia Gillard itu tak dibantah kebenarannya. Bagian pengarahan pada PM Gillard disebutkan telah disunting dari hal yang tak dilindungi hukum kebebasan informasi Australia karena akan 'menghancurkan hubungan internasional negara persemakmuran'.

Sumber: http://news.liputan6.com/read/651693/media-australia-ambil-keuntungan-dari-penyadapan-sby-di-inggris/?related=pbr&channel=n
Powered by Blogger