Ujilah cinta, kalau tidak Anda hanya mendapat “cinta palsu”. Bayangkan, calon staf yang melamar kerja saja sekarang ini diuji macam-macam. Bukan hanya ujian kepandaian, tapi juga uji kesehatan hingga psikotes.
Kini sudah mulai ada alat tes pranikah. Baik untuk menguji kepribadian maupun kesehatan mental. Alangkah baiknya sebelum melanjutkan hubungan ke arah yang lebih serius setiap orang perlu menguji (cinta) calonnya.
Menguji Cinta
Berikut ini ada cerita menarik tentang bagaimana seorang putri raja menguji cinta tiga pangeran yang melamarnya.
Alkisah, seorang raja perkasa dan terkenal bijak didatangi tiga raja tetangga. Masing-masing raja menawarkan putra mereka agar boleh mempersunting putri sang raja. Tentu Sang Raja tidak mudah memutuskan. Akhirnya, dia memanggil si putri dan meminta dia memutuskan yang terbaik untuk dirinya. Berkat bimbingan penasehat raja, si putri raja membuat satu kontes sederhana tapi dampaknya sungguh besar.
Si putri raja meminta setiap pangeran tadi masuk sebuah ruangan besar, bercat putih bersih. Mereka diminta menghadap satu sisi tembok. Putri raja meminta satu permintaan yang sulit diterima yakni,
” Jika pangeran benar-benar mencintai saya mohon berlari kencang dan tabrakkan diri pangeran ke tembok di depan sana”
Pangeran pertama, langsung menyerah. membayangkan dia akan benjol dan geger otak. Dia mundur dengan teratur.
Pangeran kedua, lebih berani. Dia segera ancang ancang dan berlari sekencang-kencangnya. Namun menjelang dua meter dari tembok dia berhenti. Dia pilih undur diri dari kontes ini. Dia merasa si putri raja ini aneh.
Beda dengan pangeran ketiga. Sejak awal dia sudah kenal baik, bahwa raja itu terkenal bijak, si putri raja namanya harum sebagai putri yang berbudi luhur. Dia berpikir “Pasti ini hanya suatu jebakan, tidak mungkin dia akan membinasakan kami. Itu bisa membuat perang…”.
Dia segera ambil ancang-ancang dan berlari kencang hingga menabrak tembok tadi. Badannya jeblos ke dalam ruangan sebelah. Ternyata tembok itu hanyalah terdiri dari karton tebal yang mirip tembok bata.
Sang putri raja akhirnya berkenan menerima cinta pangeran ketiga, sebab cintanya telah teruji.
Cinta Palsu?
Meski umumnya orang menikah bilang karena cinta, namun sebenarnya ada beberapa alasan yang lebih kuat mendorong orang menikah. Alasan itu pada dasarnya bukanlah cinta. Beberapa contoh:
Orang (terpaksa) menikah karena kadung sudah ada hubungan intim atau hamil. Sebagian lain karena status sosial dan desakan orangtua. Lainnya karena merasa takut apa kata orang banyak kalau mereka tidak jadi nikah karena sudah lama pacaran? Meskipun pacarnya punya kecendrungan kasar dan gemar memukul, dia tetap memaksakan diri menikah.
Ada pula yang menikah karena motif ekonomi, berharap calon pasangannya bisa menjamin masa depannya. Meski ia tahu orang itu lebih pantas ayah atau ibunya, tetap saja ngotot menikah. Sebagian lain karena dijodohkan orang tua.
Sebagian lainnya “jatuh cinta” karena sering-sering ketemu, ya akhirnya suka juga. Yang lebih serius, menikah karena berharap pasangannya bisa menjadi pengganti ayah atau ibunya. Jika alasan di atas menjadi motif Anda (akan) menikah, sebaiknya ditunda.
Kenali dengan Baik
Teman, cinta itu tidak buta. Setiap orang yang mau menikah haruslah mengenali, mencermati, dan memahami benar orang yang akan anda nikahi seumur hidup. Amati sifat, karakter, fisik, kesehatan, intelektual, hobi, latar belakang keluarga, dsb. Pastikan lebih banyak kesepadanan daripada perbedaannya. Pastikan anda yakin bisa fit atau tepat dengan calon pasangan anda.
Sama seperti kisah putri raja di atas, sangat baik Anda menguji kualitas pribadi dan cinta pasangan Anda. Tidak cukup melakukan tes kesehatan. Ujilah kepribadian pasangan Anda dan kualitas hubungan Anda selama berpacaran.
Caranya, temui dan dengarkanlah pendapat penasehat perkawinan. Sangat baik jika sebelumnya anda berdua mengikuti tes pranikah, alat bantu yang membuat kalian lebih saling mengenal secara objektif. Meski harus mengeluarkan uang dan waktu yang tidak sedikit, hasil tes itu akan menjadi bekal kalian saling mengenal sebelum memutuskan jadi menikah atau tidak.
Alat “Uji” Sederhana
Jika belum memungkinkan mengikuti tes pranikah dan bertemu konselor, di bawah ini ada daftar pertanyaan sederhana yang bisa membantu .
Ini tentunya bukan alat tes psikologi, tetapi hanya alat bantu bagi Anda untuk mengevaluasi hubungan dengan calon Anda. Penulis berharap, Anda benar-benar menikah dengan orang yang sudah anda kenal cukup baik sebelum menikah. Ingat: ini hanya brainstorming, silahkan pakai mana yg perlu. Sifatnya komprehensif, digunakan selama waktu pacaran (2 tahun) dan bukan dalam satu malam. Gunakan yang dibutuhkan secara bertahap.
Mulailah dengan melingkari angka di bawah ini.
Angka 0 mewakili kualitas yang rendah dan 9 mewakili kualitas yang tinggi
- Apakah Anda benar-benar mencintai pasangan Anda: 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Berapa jujur pacar Anda? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Bertanggungjawabkah dia ? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Apakah dia setia ? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Apakah dia respek pada Ortunya ? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Apakah dia baik dalam bergaul? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Apakah Anda menyukai perangai atau sifatnya? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Apakah anda merasa bebas berkomunikasi terutama perasaan Anda pada pacar Anda? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Cobalah diskusikan secara jujur dan terbuka. Evaluasi dengan sungguh-sungguh sudah sejauh mana jalannya relasi kalian. Biasanya kalian bertemu secara berkala, kadang sekali seminggu, atau ada yang sebulan sekali.
Nah, bicarakan dan diskusikanlah hal-hal di bawah ini. Memang cukup sensitif, tetapi sangat penting untuk dibicarakan secara terbuka dan rasional. Anda bisa menambah atau mengembangkannya.
- Apa sih alasan kamu mencintai saya dan memilih saya jadi suami/istrimu ?
- Apakah kamu merasa kita lebih banyak cocok atau perbedaan selama ini?
- Apa yang kamu harapkan dari aku jika sudah menjadi suami/istri nanti?
- Menurut kamu apakah konflik kita masih sehat atau tidak?
- Apakah hubungan ini baik untuk diteruskan atau tidak demi kebaikan bersama?
Sifat Ortu dan Pacar Anda**)
Di samping itu baik juga menginventarisasi kepribadian pasangan. Memahami kepribadian biasanya bisa nampak dari sebagian sifat orangtua masing-masing. Ambillah waktu untuk membagikan beberapa sifat yang menonjol (plus atau minus) dari ayah dan ibu.
Bisa dimulai dengan melingkari jawaban di bawah ini lalu mendiskusikannya secara terbuka dan hangat. Jangan lupa sebagian sifat ortu “nempel” di kita. Jangan lupa eksplorasi latar belakang, situasi dan sebagainya. Di antaranya adalah (bisa kalian tambahkan):
- Mudah marah
- Dominan dan bisa memimpin
- Bertanggungjawab
- Adil
- Pemurung
- Suka gugup
- Egois
- Humoris
- Keras kepala
- Mudah gaul
- Gampang tersinggung
- Pemaaf
- Suka gosip
- Percaya dirinya bagus
- Pendendam
- Menghargai orang
- Aktif berorganisasi
- Suka menolong
- Bisa dikritik
- Sayang pada Mama/Papa
- Sayang anak-anak
Berikutnya, dengan panduan yang sama di atas, diskusikan secara pribadi pendapat Anda tentang sifat pacar, bergantian. Berikan opini dan harapan-harapan Anda. Mungkin ada yang bisa diperbaiki sebelum memasuki pernikahan. Setidaknya bahan diskusi ini bisa dibicarakan selama 1 tahun, satu atau dua topik dalam satu bulan
Kemungkinan Terburuk
Beberapa orang biasanya tidak menyiapkan kondisi terburuk dari suatu pernikahan. Padahal ada banyak kemungkinan buruk terjadi. Meski tidak kita harapkan, tapi patut kita siapkan. Ada beberapa kondisi yang perlu anda siapkan lewat beberapa pertanyaan di bawah ini. Memang sifatnya sangat pribadi dan tidak mudah didiskusikan dengan calon Anda. Tapi ya dicoba saja. Ini sangat baik dibicarakan sebelum menikah.
- Apa yang kamu lakukan jika suatu hari setelah kita menikah, aku kecelakaan atau sakit parah dan tidak bisa memberi kebutuhan biologis Anda
- Apa sikap kamu jika setelah menikah sekian lama ternyata kita tidak mendapatkan anak?
- Apa pendapat kamu jika suatu saat aku di PHK dan lama tidak memiliki pekerjaan yang memadai?
- Mamaku sudah lama sakit, dia tinggal sendiri. Bagaimana jika akhirnya mama minta tinggal dengan kita?
- Apa yang akan kamu lakukan jika ternyata setelah sekian lama kita menikah ada “orang ketiga” diantara kita?
Penutup
Tulisan ini hanyalah sebagai alat brainstorming atau bahan diskusi awal untuk lebih saling mengenal. Sangat dianjurkan menemui konselor perkawinan, atau psikolog yang bisa memberikan psikotes untuk anda berdua. Sehingga hasilnya lebih afdol, dan persiapan menikah lebih baik. Dianjurkan konseling pranikah sedikitnya sekitar 4-6 bulan, lebih panjang persiapan semoga hasilnya lebih baik.
Semoga bermanfaat