Selasa, 04 September 2012

Produk Indonesia yang Mendunia


Produk Indonesia Yang Mendunia - Globalisasi dan Gempuran produk impor yang semakin hari membuat banyak produk dalam negeri semakin terpinggirkan, tidak l`ntas membuat anak bangsa juga ikut terpuruk dalam menghasilkan produk-produk berkualitas. Buktinya banyak produk-produk dalam negeri yang mendunia dan mampu bersaing di pasar internasional. Namun ironis jika banyak masyarakat Indonesia tidak tahu akan hal itu, sehingga banyak produk-produk itu tidak menjadi raja di negeri sendiri. Semoga suatu hari semakin banyak produk-produk Indonesia yang mendunia dan semakin banyak orang yang cinta produk Indonesia. Bangga menjadi Indonesia!




POLYTRON

Elektronik kebanggaan Indonesia.
Sejarah  Polytron  dimulai pada tanggal 16 Mei 1975, saat pemilik pabrik rokok PT Djarum Kudus mendirikan perusahaan dengan nama PT Indonesia Electronic dan Engineering dengan penyertaan modal sebesar Rp. 50 juta untuk memproduksi barang elektronika. Sebagai industri rokok yang berekspansi ke industri elektronika, sejak awal pemilik perusahaan tidak mau melibatkan pihak maupun modal asing. Sejak berdiri perusahaan ini tidak memiliki prinsipal sehingga tidak harus membayar royalti pada setiap produk yang dihasilkan.
Nama perusahaan kemudian berubah dari PT Indonesia Electronic dan Engineering menjadi PT Hartono Istana Electronics, dan di tahun 2000 berubah lagi menjadi PT Hartono Istana Teknologi. Seiring dengan perubahan namanya, perusahaan ini sudah berhasil mengembangkan teknologi televisi berwarna hemat energi (40 Watt) dengan ukuran 17, 20 dan 26 Inchi. Bahkan mereka mampu menghasilkan televisi dengan daya 20 watt saja, yang diklaim sebagai yang pertama di dunia. Sekarang, Polytron juga mulai mengekspor produknya walau harus merubah bendera supaya diterima pasar lokal Eropa.




MULIA CERAMICS

Tanpa banyak gembar gembor, Muliakeramik Indahraya, produsen ubin keramik Accura, Maxima, Prisma, Legend, Crystal, Magna, Ceramica Europa, dan Signature, saat ini menjadi salah satu pemimpin industri keramik Amerika Serikat. Direpresentasi oleh distributor independent, dan ditunjang elemen sales representatives yang kuat, serta fasilitas warehouse yang lokasinya strategis, plus sertifikasi ISO 9002 yang diperoleh sejak tahun 1995, produk mereka sudah diekspor ke lebih ari 50 negara.




GT RADIAL

Jawara di jalanan.
Ban produksi PT Gajah Tunggal mulai menapaki aspal jalan di negara-negara Timur Tengah dan Asia sejak tahun 1983, lewat ban berteknologi bias (cross-ply) untuk kendaraan niaga seperti truk, bus dan mobil angkutan. Baru pada tahun 1992, PT Gajah Tunggal mengekspor ban jenis radial (steel belted) dengan label GT Radial, untuk kendaraan sedan dan truk ringan sampai ke Amerika Serikat. Saat ini GT telah mengekspor ke lebih dari 80 negara di Eropa, Amerika, Timur Tengah, Asia (kecuali China), Afrika, Australia dan Selandia Baru, dengan nilai ekspor pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 2,6 trilun, dan tahun 2008 diperkirakan mencapai sekitar Rp 3 triliun. Awal keberhasilan tersebut diperoleh berkat rajin mengikuti pameran dagang yang diselenggarakan di mancanegara.



STANDARD


Didirikan pada tahun 1962, awalnya hanya perusahaan trading dan melayani pasar domestik untuk writing refill. Baru pada tahun 1986 resmi mengeluarkan produk pulpen bermerek Standard. Tahun 1994, Standard berhasil melakukan ekspor ke Kanada, Amerika dan Meksiko, dan sejak tahun 2004, menjalin kerjasama dengan importir Prancis.




ROKOK DJARUM

Pernah mendengar Rokok kretek rasa cherry atau vanilla? Produk PT. Djarum ini tak akan anda temui di Indonesia, alias disesuaikan dengan Negara “penerimanya”. Sebagai salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Djarum mulai mengekspor ahun 1982. Untuk mengakomodir selera pasar Jepang dan Amerika diluncurkan Djarum Splash dan Djarum Bali Hai. Djarum juga meluncurkan rasa menthol untuk amerika latin. Kini 25 negara sudah menikmati asap Djarum, dengan dominasi di Malaysia dan Amerika. Bagi Djarum, rokok kretek adalah warisan kebanggaan bangsa. Merokoklah di klub ternama New York atau London, dan bersiap terlibat dalam obrolan hangat. “What cigarette are you holding right now?”
MAMA & LEON

Label ini punya sejarah panjang, 25 tahun lalu, Erlina, pemiliknya, memproduksi pakaian wanita secara home industry. Kini Mama & Leon berkembang menjadi perusahaan tekstil dan garmen. Produk tekstil diwarnai material katun, polyster, chiffone, sutra, rayon, dipadu air brush painting. Sementara, koleksi pakaiannya, dari yang feminine sampai kasual. Setelah sukses di tanah air, Mama & Leon kini mengekspor produknya dalam partai besar seperti Amerika Serikat, Inggris dan beberapa negara Asia.




OUVAL RESEARCH

You must keep on moving.
Maraknya komunitas skateboard di Bandung membuat trio Rizki, Maskom dan Firman, pada tahun 1997 menciptakan Ouval Research. Kekuatan label ini terletak pada koleksi kaosnya yang hadir dengan print unik dan erat sekali dengan budaya street style yang dinamis, fun dan berjiwa muda. Dari kaos koleksi Ouval Research berkembang hingga ke aksesoris, mulai dari tas, sepatu, bahkan sampai MP3 dan otopet. Kini Ouval Research semakin memperlihatkan keseriusan dan kemajuan bisnisnya hingga mengekspor produknya ke mancanegara seperti Singapura di butik Fyeweraz dan skateboard di Jerman.



PETER SAYS DENIM

Invasi Denim.
Jika anda menyangka PSD (peter says denim) adalah produk impor, berarti anda salah besar. PSD justru adalah salah satu diantara sedikit brand lokal yang go internasional. Bahkan PSD sudah meng"endorse" band-band rock luar negeri, seperti silverstein dai Kanada, August Burns Red dari Amerika Serikat, Not called Jinx dari Jerman, dan masih banyak lagi. Tak ketinggalan, band lokal juga banyak di Endorse oleh PSD seperti Superman IS Dead, St Loco, Rocket Rockers, serta sederet band lokal lainnya.
Kini PSD mulai menginvasi Kanada dengan mendirikan outlet resminya disana dan mungkin akan disusul negara-negara lain.


ATEJA

Bila menjajal mobil Toyota dan Honda, jangan Cuma menggeber mesinnya saja. Rasakan juga interiornya, terutama kursi. Anda perlu tahu bahwa intrior dua merek mobil ini dibalut kain berkualitas prima dari Indonesia. Tentu saja bukan batik atau tenun, melainkan kain interior produksi PT Ateja Multi Industri. Perusahaan ini adalah pionir industri penghasil kain interior dengan kualitas nomor wahid semenjak awal pendiriannya tahun 1974. Lewat kerjasama teknis dengan Textile Co. Ltd., perusahaan tekstil terbesar di Jepang, PT Ateja Multi Industri telah berekspansi ke pasar International.


EIGER - EXSPORT - BODYPACK - NEOSACK - NORDWAND

PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di dalam bidang pembuatan tas, fashion dan aksesoris. Perusahaan ini memulai bisnisnya pada tahun 1956 sebagai firma kecil yang memproduksikan tas-tas sekolah dengan model bermacam-macam. Merek-merek unggulan dari perusahaan ini adalah Eiger, Bodypack, ExsportNeosack, dan Nordwand.
Kemudian ditahun 1979, perusahaan ini melebarkan sayapnya untuk meraih pasaran yang lebih meluas. Perusahaan ini jalankan oleh Ronny Lukito, seorang anak ketiga dari pasangan Lukman-Kurniasih. Perusahaan ini memiliki moto yaitu "To be the frontier bags and fashion industries".
Setiap tahun, perusahaan ini memproduksi 2.500.000 tas dengan 8.000 desain yang berbeda, yang mereka harapkan akan merajai pasaran. Dengan dikeluarkannya bermacam-macam merk dengan fungsi dan nama yang lebih spesifik, diharapkan produk mereka tidak saling memakan dipasaran antara produk yang satu dengan yang lainnya. Maka tas yang dipakai untuk kegiatan naik gunung tentu akan berbeda pula.
Model-model yang sedang tren di blantika mode internasional menjadi acuan perusahaan ini dalam mengeluarkan produk terbaru. Dengan dukungan para desainer jebolan dari berbagai macam universitas seperti diantaranya, ITB maupun Universitas Trisakti. Perusahaan ini setiap bulan setidaknya mampu mengeluarkan 40 model tas dan produk lainnya. Produk Indonesia ini selain di pasarkan di dalam negeri juga export keluar negeri seperti di Libanon, Singapura, Filipina, dan Jepang.



BYON

Zaman sekarang teknologi komunikasi informasi tidak lagi hanya menjadi dominasi negara-negara maju seperti yang dikenal selama ini karena kehadiran merek-merek besar seperti Acer, Dell, HP, Samsung, Toshiba, dll.
Dalam kondisi seperti ini, sebenarnya masih banyak perusahaan dalam negeri yang berupaya menghadirkan merek-merek lokal sebagai sebuah pilihan alternatif terhadap merek multinasional. Salah satu merek baru yang muncul adalah BYON (baca "biyon"), merek lokal yang menghadirkan konsep menarik "beyond notebook" yang menjadi tren penting perkembangan teknologi komputer untuk masa lima tahun ke depan.
Selain itu, semua komponen yang terpasang pada notebook bermerek juga digunakan BYON yang didukung Intel Corp dan dikembangkan mencapai sekitar 11 negara di kawasan Asia-Pasifik.
Merek BYON yang juga diterjemahkan sebagai Build Your Own Notebook menghadirkan sebuah fenomena berbeda, memungkinkan berbagai seri yang dibuatnya (termasuk seri yang akan datang) memiliki keseragaman komponen, menggunakan baterai yang sama, adaptor listrik yang sama, serta komponen-komponen standar lain yang sama (seperti keyboard).
Notebook yang sudah mendapatkan berbagai penghargaan termasuk empat pengharaan dari MURI ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya manufaktur nasional, memberikan peluang berbagai pihak ikut mengembangkan komponen-komponen komputer yang menuju ke arah standardisasi. Artinya, pendekatan komponen secara blok (Common Building Block) memacu untuk membangun sendiri baterai, keyboard, adaptor listrik, pacu optik, monitor LCD, serta panel depan untuk dibuat secara lokal.




AXIOO

Axioo berdiri pada tahun 2004. Indonesia patut berbangga karena Axioo, salah satu komputer merek lokal berhasil menembus jajaran produk dunia dan menjadi salah satu produk yang mengadopsi prosesor Intel Core generasi kedua. Axioo Neon HNM menjadi notebook 14 inci pertama di dunia yang sudah menggunakan teknologi prosesor yang sebelumnya disebut Sandy Bridge itu. Terkait pabriknya di Indonesia, yang berlokasi di Sunter-Jakarta Utara, diklaim Axioo hanya memproduksi dan mendistribusikannya ke pasar lokal, tidak untuk diekspor.
“Pabrik di sini hanya untuk memenuhi permintaan yang besar dari Indonesia. Jangkauan pasar kita memang sudah hampir mencakup ke seluruh bagian Asia Tenggara, tapi itu bukan pabrik di Indonesia yang ekspor,” kata Devi Yosita, Marketing Communication Manager Axioo. “Untuk kebutuhan pasar Asia Tenggara, produk disuplai oleh pabrik di negara lain, seperti Vietnam dan Singapura. Makanya ketersediaan spare part bagi pelanggan sampai tiga tahun,” ucapnya.
Untuk layanan purna jual, Axioo sementara ini memiliki 39 service center di Indonesia.
Menyoal pasarnya, Devi menuturkan, sekarang ini Axioo International baru menjangkau lima negara ASEAN. Selain Indonesia, Vietnam, dan Singapura, Axioo juga sudah tersedia di Malaysia dan Thailand. "Kami akan kembangkan sayap kami ke Kamboja dan Filipina dalam waktu dekat. Mudah-mudahan tahun ini," ucap Devi.



BATERAI ABC


Ejaan yang Mendunia
Di tengah gempuran produk baterai merek luar negeri, baterai ABC masih melenggang menguasai hampir setengah pasar domestik, baik untuk baterai jenis alkaline maupun carbon zinc. Produk PT International Chemical Industry, telah diekspor ke sekitar 50 negara, dengan berbagai merek, kecuali di Australia dan beberapa negara lain yang menggunakan merek ABC atau Alkaline.

MAGNO
Magno adalah produk radio kayu asli Indonesia yag sudah menebar frekuensi sampai Jepang, Amerika Serikat, Finlandia, Inggris dan Prancis. Konsep yang disodorkan Magno sangat Unik. Lantaran produk di-finishing dengan minyak kayu, bukan pernis, pemiliknya harus rajin merawat radionya secara berkala agar tetap prima. Rupanya Singgih Susilo Kartono, sang pencipta Magno, ingin mengeliminir budaya pakai buang. Maksudnya agar tercipta koneksi antara produk dan pemilik. Karena harganya yang cukup mahal (200-300 dollar AS) Singgih menggunakan designer link untuk menjual produknya.




RADIX GUITAR

Serba Radikal dan Professional
Ide awalnya simpel tidak ada gitar professional buatan Indonesia yang layak digunakan dalam show internasional. Namun pemikiran itu terus bergema di kepala Toien Bernadhie, sampai akhirnya mendirikan Radix Guitar. Berbekal bahan baku yang sebagian besar lokal, Toien mengurusi pemasaran dan distribusi sendiri ke negara-negara seperti Swedia Denmark, Inggris, Yunani, Swis, Canada, Australia, Singapura dan Malaysia. Untuk menarik pembeli, Toien memberi tip: buatlah 1 produk yang desainnya disesuaikan dengan content dan budaya buyer internasional. Misalnya, dicantumkan slogan ,carefully handcrafted individually seleted dan personally inspected.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX9U5-2S31HfTHyzbNKaL6XkB0-IKrr7i5FLEkMHhoRbwQ_Xe0DJCMxWD17CaE9XL8xCDX2gNo51UNpRVCEJPHoyY9PpmGHsIaS1jOD49UiIx7XAiO60LLs8yECJdGy5lqdtwCfupjoMV2/s1600/l.jpg

sumber : http://indoversity.blogspot.com
Powered by Blogger