Minggu, 02 September 2012

BAHAYA STYROFOAM

Masih Santap Makanan dari Wadah Styrofoam?

Styrofoam masih tergolong "keluarga" plastik karena terbuat dari Poli Stiren. Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis, ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Inilah yang membuat bahan ini amat disukai dan banyak dipakai, termasuk dalam industri makanan instan. Namun bahan ini sebenarnya tak kalah berbahaya dengan plastik.

Dari hasil survei di AS tahun 1986, 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung stiren yang berasal dari styrofoam. Bahkan pada penelitian 2 tahun berikut, kandungan stiren sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan syaraf. Sebuah studi di New Jersey, AS, menemukan bahwa 75% ASI mengalami kontaminasi stiren yang berasal dari konsumsi ibu yang menggunakan wadah styrofoam. Pada ibu-ibu yang mengandung, stiren juga bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta.




Dampak jangka panjang dari menumpuknya stiren di dalam tubuh adalah gejala saraf seperti kelelahan, nervous, sulit tidur dan anemia. Pada anak, selain menyebabkan kanker, sekian tahun kemudian stiren juga menyerang sistem reproduksinya. Kesuburan menurun, bahkan mandul. Anak yang terbiasa mengkonsumsi stiren juga bisa kehilangan kreatifitas dan pasif.

Styrofoam, sebagaimana plastik, bersifat reaktif terhadap suhu tinggi. Padahal, salah satu kelebihan styrofoam yang banyak diambil manfaatnya adalah kemampuannya menahan panas. Produk-produk sup dan minuman hangat di restoran cepat saji menggunakan wadah ini. Begitu pula produk-produk makanan instan, mesti diseduh dalam wadahnya yang terbuat dari styrofoam. Mie instan, bubuh ayam instan misalnya.

Stiren, bahan dasar styrofoam bersifat larut dalam lemak dan alkohol. Berarti wadah dari jenis ini tidak cocok dijadikan wadah susu atau yoghurt yang mengandung lemak tinggi. Begitu juga dengan kopi yang dicampur krim.

Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan styrofoam. Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk menjaga makanan tetap hangat, sebaiknya makanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah tahan panas dan dijaga tidak ada kontak langsung dengan styrofoam. Sedangkan penggunaannya sebagai wadah, harus diperhatikan untuk mendinginkan makanan terlebih dahulu sebelum memasukkan ke dalam wadah styrofoam. Makanan instan dan restoran yang menggunakan wadah ini sebaiknya dihindari demi menjaga kesehatan kita dan keluarga. (Jurnal Halal LP POM MUI) 

Sebagian besar kita mungkin sudah melupakan masa-masa "romantis" membeli bubur atau soto ayam dengan membawa mangkuk atau rantang sendiri. Sebagian yang lebih besar lagi pasti bertanya: "Hah? Pada zaman batu yang mana itu?" Pertanyaan yang wajar, karena kini, bahkan sampai pedagang bubur ayam di pengkolan jalan pun sedia mangkuk atau kotak styrofoam untuk pembelian take away!
Sudah banyak tulisan, himbauan dan kampanye anti penggunaan styrofoam, namun gaungnya tak seluas penggunaan produk yang berbahan dasar styrene itu. Padahal, seperti disebutkan dalam berbagai laporan, styrene merupakan bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan (tercatat gejala-gejala dari yang ringan seperti iritasi kulit sampai gangguan syaraf, sakit kepala, dan depresi akibat styrene). Dalam hal penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan, ditemukan bahwa bahan yang juga sering disebut "gabus" itu dapat melepaskan zat kimia berbahaya ke arah makanan yang diwadahinya--apalagi kalau dipanaskan, seperti saat di dalam microwave.

Ancaman kesehatan dari wadah styrofoam bahkan telah mendorong otoritas sekolah di distrik Los Angeles, Amerika Serikat, mengeluarkan larangan penggunaan wadah styrofoam di kantin sekolah.

Adalah dua setengah tahun lalu, saat para siswa program Environmental Studies Magnet di Sekolah Menengah Thomas Starr King, Silver Lake, ditugaskan membawa-bawa sampah mereka sendiri selama sepekan (ya, membawa-bawa sampah selama sepekan!) Para siswa lantas menyadari betapa sebagian besar sampah mereka adalah wadah-wadah sekali pakai, yang sebagian besar berbahan styrofoam. Kunjungan ke fasilitas daur ulang setelah itu membuat para siswa sadar bahwa wadah-wadah itu tidak didaur ulang. Pendaur ulang menolak styrofoam yang tidak bersih.

Para siswa lalu menghitung jumlah wadah styrofoam yang mereka gunakan saat makan siang selama satu hari, dan mereka mendapati patung "Monster Styrofoam" setinggi 9 meter, berasal dari sekitar 1500 nampan styrofoam yang digunakan dalam sehari. Kenyataan itu cukup membuat shock para siswa, mendorong mereka menulis surat pada pejabat distrik dan anggota dewan sekolah, agar styrofoam dilarang penggunaannya di 900 sekolah di distrik tersebut. Himbauan para siswa ini mendapat dukungan penuh dari para orangtua, pemuka dan anggota masyarakat.

Pejabat Dinas Pendidikan Los Angeles Dr. John Deasy menyatakan bangga dengan inisiatif para siswa ini, menekankan bahwa jiwa kepeloporan tidak hanya datang dari masyarakat dewasa, namun juga dari kalangan muda. Deasy juga menantang distrik lain untuk melakukan hal serupa yang mereka lakukan. Di sisi lain, sebuah rancangan undang-undang mulai diajukan untuk pelarangan penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan di seluruh negara bagian California.

 Saat ini, Styrofoam di sekolah-sekolah distrik tersebut digantikan dengan wadah kertas yang dapat terurai, juga nampan serat mikro, namun target siswa Sekolah Menengah King adalah penggunaan wadah yang dapat digunakan kembali. Problemnya, sekolah itu belum punya alat pencuci piring yang dapat membersihkan dan mensterilkan wadah-wadah yang selesai dipakai. Sementara menunggu alat pencuci piring tersedia, saat ini siswa sekolah tersebut tengah membuat proyek tentang penanganan sisa makanan di sekolah.



Aktivitas lingkungan yang dilakukan para siswa Sekolah Menengah King sungguh merupakan contoh nyata warga masyarakat yang menggunakan kekuatan dan kekuasaan mereka untuk melakukan perubahan. Nah, mampukah kita menirunya, menerapkannya di Indonesia? Mungkin ada ibu/bapak guru yang ingin mendorong murid-muridnya di sekolah melakukan hal serupa?


Sumber :  (PN / mizan.com / Sumber: good.is), (Jurnal Halal LP POM MUI)  
ilustrasi gambar : google.co.id
Powered by Blogger